Kamis, 03 Juli 2008

Layang-layang Tuhan

Pernahkah anda melihat seorang anak kecil yang sedang asik bermain layang-layang, Anak tersebut tentunya terlihat sangat menikmati aktivitas tersebut sampai tidak jarang lupa waktu untuk pulang. Atau anda yang waktu kecil hobi bermain layang-layang, pasti seru ya bahkan ada yang masih hobi ketika sudah dewasa. Ya tidak ada masalah umur si kalau dikatakan hobi. Yang jelas saya pun pernah merasakan kenikmatan bermain layangan baik yang buat diadu atapun layangan “koang” yang bagus dilihat buat hiasan langit saja dan sekadar untuk dinikmati memainkannya membiarkannya menari lengak-lenggok di atas langit biru. hehehe.
Saat bermain layangan sepenuhnya kita berusaha mengontrol layangan kita agar tidak jatuh atau jika layangan adu tidak putus oleh benang lawan. Selebihnya kita juga mengandalkan hembusan angin yang membuatnya bisa melayang. Saat bermain layang-layang pernahkah anda memperhatikan ketika layangan sudah tinggi atau memperhatikan layangan lain yang terbang bahwa sudah tidak nampak benang yang menghubungkan antara si pemain layangan tersebut dengan layangannya yang sudah lenggak-lenggok di langit. Waktu itu si karena saya main layangan adu orang bilang bahwa memakai benang hitam adalah pilihan yang lebih baik, benangnya akan lebih tidak nampak sebagai strategi untuk mengalahkan layangan lawan. Tapi warna benang apapun yang dipakai juga tidak akan tampak kalau sudah melayang tinggi. Perhatikan saja kalau anda keluar dan melihat layangan di langit seolah-olah layangan itu terbang sendiri dan yang memastikan bahwa layangan itu masih ada yang mengontrolnya terlihat bahwa terbangnya masih teratur.
Trus maksud judul di atas apa “layang-layang Tuhan”, saya melihat adanya kesamaan antara layang-layang dan seorang anak kecil yang memainkannya dengan umat manusia dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Anda bertanya, “maksudnya apa?” Sebelumnya ini merupakan hasil refleksi saya dan tidak bermaksud untuk membawa doktrin tentang agama atau apapun. Suatu hari saya merenung dan bertanya, “ketika saya masih hidup di dunia ini apa yang secara pasti menghubungkan saya dengan Tuhan secara langsung?” Lalu saya berpikir satu2nya yang mebuktikan bahwa Tuhan masih terhubung dengan saya adalah saya masih bisa bernafas dan jantung saya masih berdetak untuk memompa darah alias masih hidup,he3… Saya percaya dan tahu dengan pasti kalau saya masih hidup adalah kuasa Tuhan yang masih mengijinkan saya hidup. Apakah anda berpikir bahwa anda membuat jantung anda berdetak sendiri, fungsi organ tubuh bekerja sendiri, dari fungsi saraf, sirkulasi darah, fungsi alat pencernaan, fungsi ginjal, alat pembuangan, atau fungsi respirasi, dan regenerasi tubuh bekerja sendiri. Dan masih banyak keajaiban tubuh lainnya untuk membuat kita tetap hidup yang bekerja secara otomatis yang tidak dapat saya jelaskan satu-persatu. Maklum bukan dokter, hahaha… Apakah anda harus berkata kepada organ-organ anda “hei jantung berdetak dan pompalah darah!, hei saluran pencernaan gemburkan makanan dan seraplah nutrisi yang terkandung didalamnya!, hei sel-sel tubuh lama matilah dan regenerasikan dengan yang baru!, hei darah bersirkulasilah dengan lancar ke seluruh bagian tubuh!, hei kedua ginjal saringlah cairan yang masuk dan buanglah kotoran melalui saluran kemih!” tentu tidak harus begitu bukan, bener2 hal yang melelahkan kalau memang harus begitu, hehehe…
Anda harus sadar dan tahu bahwa semua hal itu terjadi karena kuasa Tuhan mengerjakan semua keajaiban itu. Pertanyaannya siapa lagi kalau bukan Tuhan? Sama seperti layang-layang dan anak kecil. Manusia dan Tuhan juga dihubungkan dengan benang yang tak kasat mata yang memastikan fungsi tubuh kita terkontrol dengan sempurna. Benang itu ada, penghubung itu ada tapi tak terlihat oleh mata kita namun selama kita masih hidup kita harus yakin bahwa Tuhan masih memegang erat tali atau benangnya. Dia yang Maha Kuasa masih memperhatikan, mengamati, melihat, dan turut campur tangan terhadap keberadaan kita di bumi ini. Saat masalah datang dan menerpa kita bukan hanya dia membuat keajaiban melalui fungsi tubuh kita, Dia juga memastikan kita baik-baik saja saat terombang-ambing oleh masalah yang menerpa kita. TanganNya tetap memegang dan menjaga kita saat kita kena hembusan angin besar “masalah kehidupan” agar tidak putus atau jatuh.
Sekarang kita mulai bisa memutuskan untuk berterimakasih manakala kita masih bisa bangun dari tempat tidur setiap harinya karena Tuhan masih memegang tali itu dan memberikan kita kesempatan untuk hidup. Mengucap syukurlah setiap harinya, selama kita masih hidup, Dia Tuhan masih memegang erat tali, menjaganya, dan tidak akan melepaskannya, karena kita adalah “layang-layang Tuhan”…. Semoga ini dapat menyejukkan hati kita semua…

2 komentar:

ICHSAN ASHADI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ICHSAN ASHADI mengatakan...

bagus juga perenungannya, saya suka dan mengilhami saya untuk membuat sesuatu yang lebih berarti dalam kehidupan..

terimakasih
Ace Arca