Jumat, 11 Juli 2008

Lembek, so what?

Semalam saya nonton acara televisi yang biasa mengulas menit-menit menegangkan sebelum terjadinya bencana besar. Dan bisasanya di akhir acara itu juga dicari penyebab utama yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Kali ini saya menonton tentang bencana yang dialami oleh NASA beberapa tahun yang lalu. Pesawat ulang-alik Columbia hancur berkeping-keping sebelum dapat mendarat kembali ke Bumi di dalam lapisan atmosphere yang panas. Menewaskan 7 orang astronoutnya. Sangat mengenaskan dan menyedihkan kejadiannya pada waktu itu. Sampai Presiden Bush mengumumkan ada masa berkabung untuk menghormati keberanian dan dedikasi para Astronut yang tewas saat menjalankan Misi Luar Angkasa. Mungkin ada juga yang sudah menonton acara tersebut di televisi karena seinget saya sudah ditayangkan lebih dari satu kali.
Yang membuat saya tercengang, orang lain, beserta para wartawan di dalam acara tersebut adalah bahwa yang menyebabkan kecelakaan itu adalah bongkahan gabus yang besarnya kurang lebih sebesar kotak koper kerja yang pada waktu pemberangkatan dan pemisahan antara pesawat ulang–alik dan jet peluncuran, gabus tersebut menabrak sayap ulang-alik tersebut. Walau pesawat itu masih dapat bertahan selama kurang lebih seminggu di luar angkasa namun saat ingin kembali ke bumi kerusakan itu bertambah parah saat berada di atmosphere bumi yang sangat panas suhunya. Itu hipotesa pertama yang diketahui dalam penyelidikan. Namun pimpinan dewan direksi NASA dalam rapatnya menunjukkan rasa tidak percaya sambil mengacung-ngacungkan gabus tersebut di tangannya sambil berkata, “tidak mungkin gabus seperti ini dapat merusak sayap pesawat yang akhirnya dapat mengakibatkan kecelakaan fatal yang menewaskan 7 orang awak pesawat.” Sebelum dibuktikan saya juga merasa sangat tidak percaya karena gabus tersebut tidak bedanya dengan gabus yang biasa digunakan untuk pengemasan buah, terlihat sangat ringan dan empuk.
Ya sekarang coba anda pikir sebuah pesawat yang terbuat dari bahan yang dapat menahan suhu dibawah -1000 derajat Celius sampai dengan di atas 1000 derajat Celcius. Betapa kuat badan pesawat tersebut dapat tahan dari suhu super dingin dan super panas dan juga sudah dipersiapkan untuk menerima kondisi luar angkasa. Tetapi dapat berlubang dengan bongkahan gabus yang sebenarnya empuk. Hanya saja penyelidik berpikir mungkin gabus itu melontar dengan sangat cepat menabrak maka dapat mengakibatkan sayap pesawat dapat berlobang.
Percobaanpun kemudian dilakukan untuk membenarkan hipotesa tersebut. Seorang ahli NASA membuat replika sayap pesawat ulang-alik dari bahan asli. Dan mengikuti situasi dan kondisi asli saat pesawat dengan kecepatan kurang lebih 800 km / jam melesat ke angkasa saat gabus tersebut secara tidak sengaja bembentur sayap pesawat tersebut. Percobaan pun dimulai, sebuah gabus dibentuk sedemikian rupa sesuai saat kejadian kemudian ditembakkan dengan mesin pelontar dengan kecepatan 800 km / jam mengarah kepada kemungkinan pertama tempat terjadinya benturan. Hasilnya masih belum dapat membuktikan kejadian tersebut karena gabus tersebut hanya mampu menggores sayap pesawat tidak sampai melubangi atau memungkinkan sampai bisa terjadi kejadian fatal tersebut.
NASA masih ragu apakah benar teori ini yang mengakibatkan rusaknya sayap pesawat. Setelah diselidiki lebih jauh melalui pita yang memuat kejadian yang ditemukan telempar di darat, semacam rekaman yang berada di dalam kotak hitam dalam penerbangan. Maka ditemukanlah posisi yang paling tepat di sayap pesawat saat terjadinya benturan terhadap gabus tersebut. Dan dilakukanlah percobaan kedua, yaitu menembakkan gabus dengan kecepatan 800 km/Jam di posisi yang paling tepat saat kejadian. Setiap orang yang menyaksikan situasi ini menahan nafas wa-was terhadap hasilnya dan juga sudah berkumpul para wartawan yang siap meliput untuk mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Dalam simulasi semua peralatan direkondisi untuk benar-benar menggambarkan saat terjadinya benturan. Maka terjadilah saat yang menenggangkan jika teori ini gagal maka penyelidikkan harus mulai dari titik nol lagi. Tak disangka-sangka saat gabus tersebut ditembakkan pada posisi yang paling tepat menurut penyelidikan bahkan gabus tersebut dapat terlontar menembus sayap pesawat itu dan membuat lobang yang cukup besar. Pikir saya dengan lubang sebesar itu pesawat masih bisa bertahan di luar angkasa dalam waktu yang tidak singkat masih bagus juga, sayang NASA sebelumnya tidak mengetahui ada kerusakan pada badan pesawat saat keberangkatan.
Akhirnya terjawab sudah misteri penyebab terjadinya kecelakaan pesawat ulang-alik Colombus. Yaitu sebuah gabus yang membentur sayap pesawat. Tidak masuk akal memang awalnya kalau dipikir sebuah gabus yang lembek dan terlihat rapuh bisa melobangi permukaan badan pesawat yang terbuat dari semacam lempeng tembaga, bahan yang sangat kuat dapat menahan suhu yang super panas dan dapat menahan hambatan udara dengan kecepatan yang super cepat sampai mencapai 25,000 KM/jam. Tapi dengan dilakukan pembuktian tidak diragukan lagi hasilnya. Bukti menjawab demikian. Kalau anda yang belum menyaksikan semoga nanti beruntung acara tersebut disiarkan kembali.
Makna dari kejadian ini bagi saya yaitu cepat atau kecepatan bermakna sesuatu. Tak perduli seseorang yang masih “lembek” pada awalnya atau ada orang yang ingin memulai sesuatu tetapi merasa tidak memiliki kemampuan, masih “rapuh” dalam bidang itu. Dengan niat dan kemauan untuk mulai bergerak maka jalan akan ditemukan. Jika seseorang mau bergerak dengan cepat mempelajari apa yang bisa dipelajari dan kemudian setahap demi setahap selalu belajar meningkatkan diri pasti akan ditemukan kemajuan dalam usaha. Jika kita mau bergerak menciptakan momentum baru akan tercipta lingkaran yang berputar seperti ini, yaitu momentum menciptakan kecepatan, kecepatan menciptakan pertumbuhan yang signifikan, pertumbuhan yang signifikan jika diiringi dengan usaha untuk menjaga hasil yang sudah diperoleh menciptakan sukses besar. Dan begitu seterusnya. Saya teringat oleh sebuah judul buku yang dipinjamkan teman saya tetapi maaf saja saya lupa pengarangnya. Yaitu judulnya begini “Bukan yang besar yang menelan yang kecil, tetapi yang cepat yang memangsa yang lambat.” Saya menyukai pernyataan pengarang buku itu sampai-sampai tulisan itu saya catat walaupun saya tidak terlalu terobsesi dengan kecepatan. Baru-baru ini saya membaca ulang buku yang sudah saya baca berjudul “Pour Your Heart Into It” tulisan Howard Schultz dan Dori Jones Yang. Berkisah tentang bagaimana Howard sebagai pendiri Starbucks membangun perusahaannya dari kecil sampai menjadi perusahaan yang besar seperti sekarang. Sekarang siapa sih yang tidak tahu Starbucks. Howard mengatakan dalam bukunya, “Apabila anda melihat kesempatan seumur hidup, bergeraklah cepat.” Dan dalam melakukan ekspansi atau penambahan store tetap melakukan hal prinsip yang sama. Di lain kesempatan dia juga berkata, “Motif kami yaitu keinginan untuk tumbuh dengan cepat. Kami berangkat untuk menjadi juara, dan kecepatan adalah bagian dari persamaan. Ketika melihat ke depan, saya melihat suatu pemandangan hebat yang terlukis dengan hidup bukan kehidupan yang diam dalam warna lembut yang bisu.” Seorang lagi yang saya mau bahas kali ini adalah Jeff Bezos, anda yang sering online internet pasti tahu siapa dia. Dia adalah seorang yang berkiprah dalam bisnis Internet, yaitu pendiri Amazon.com. Pada usia 33 tahun ia sudah menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Saat itu ia sudah memiliki kekayaan 178 juta dolar Amerika. “Tumbuh besar dengan cepat”, adalah frasa yang sering dikatakannya dan akhirnya menjadi moto favoritnya. Jeff Bezos menggunakan prinsip tersebut dalam upaya untuk membangun perusahaannya hingga seperti sekarang ini. Tetapi kita juga harus berhati-hati dengan kecepatan, memang usaha yang cepat baik, tapi seperti yang sudah saya katakan kita harus selalu waspada untuk menjaga yang sudah kita peroleh jangan sampai karena terobsesi dengan pertumbuhan yang cepat malah kita lalai terhadap hal yang sepatutnya diperhatikan dan menjadi bumerang yang sangat merugikan.
Dari contoh-contoh di atas dapat saya tarik suatu kesimpulan bahwa “kecepatan” berarti sesuatu. Bahwa tidak heran sebuah gabus dapat menembus lempeng baja pesawat dengan kecepatan lontar 800 km/jam. Kecepatan membangun energi baru. Jika kita bertindak dengan gairah dan kecepatan kita akan menjadi semacam pemasok energi yang tidak ada habisnya. Membiarkan energi bersirkulasi di dalam tubuh kita dan akhirnya kita dapat selalu terlihat bersemangat dan penuh energi dalam bekerja dan itu sudah pasti dapat mempengaruhi kesuksesan dari apa yang kita lakukan. Dibanding jika kita selalu berpangku tangan menunggu kesempatan datang, pasti kita akan tampak lesu, tidak bergairah, dan tidak bersemangat, akhirnya sudah bisa ditebak apa yang akan menghampiri kita, nga lain nga bukan stress yang datang. Hal sekecil apapun jika dilakukan dengan semangat atau sepenuh hati akan mendatangkan kebaikkan untuk kita. Jika ingin memulai sesuatu, mulailah dengan pertama-tama melakukan apa yang bisa dilakukan dan cara selanjutnya biasanya ditemukan sambil jalan. Jadi bagi anda yang mau mulai, mulailah dan jadilah seperti gabus yang mampu menembus lempeng tembaga...

2 komentar:

Jsubrata mengatakan...

Lembek-lembek cabe rawit ya..

Sahabat Buku mengatakan...

ulasan yang mantap mas
percepatan menghasilkan energi yang dahsyat